CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 27 Oktober 2012

Cinta Sepotong Daging

Daging!
Liurnya menetes. Rasa pun mengulum dalam lidahnya. Gurih dan manis berganti-ganti mengisi setiap sudut mulutnya.
Tahun ini pun tak boleh ia lewati lagi setelah tahun lalu ia menunaikan haji di Mekkah. Sensasi daging itu tidak sama dengan daging-daging biasa. Istimewa, tepatnya. Hanya dengan uang sekian sekian, ia merasa bisa mendapatkan ketaqwaan plus beberapa bungkus daging, iga, jerohan, atau bagian-bagian lainnya yang memiliki pesona tekstur masing-masing. Daging jatah pembagian qurban tahun ini haruslah masuk ke dalam kulkasnya, minimal memenuhi bagian freezer.
Sup, sate, gulai, yang mana ia hampir tak bisa lagi menyebutkan nama-nama makanan tersebut karena terlalu gembira.

"Tahun ini minimal ada seekor sapi yang terdaftar utk qurban." Ujarnya berapi.
"Baik. Rencana ini akan berjalan kalau kita yang memulainya. Saya ikut, bapak juga ikut." Tawar seorang anggota majelis.
"Deal!" Sambutnya gembira.

Rencana itu pun bergulir bak bola salju. Hingga 5 hari sebelum hari H seorang anak muda menyatakan diri bergabung dengan kelompok peng-qurban tsb. Jadilah 2 ekor sapi akan mewarnai ladang di belakang mushola kampung dengan darahnya. Pun, seharusnya dari tiap-tiap mereka sudah mengetahui, bahwa darah tsb tidak akan sampai kepada Allah SWT, hanya ketaqwaan dari merekalah yg akan menggapai-Nya.

Hari H tiba. Semenjak malam sebelumnya, tepat mengakhiri puncak hari Arofah, takbir sudah mengalun bersahutan. Selepas shalat Ied di lapang yang beralih menjadi permadani kehormatan hamba-hamba-Nya, tak lain karena mereka merendah sujud, hampir setiap orang berbondong menuju belakang mushola.

Dua ekor sapi dan beberapa kambing yg tampak ikhlas itu pun akhirnya menunaikan tugasnya. Kini giliran panitia beraksi dengan sigapnya membagi-bagi. Orang itu pun berbisik kepada seorang panitia.

"Tolong bungkuskan kaki, ekor, hati, kepala, ini, dan itu".
Panitia itu semenjak tertegun. Akankah ia menuruti permintaan rendah itu hanya karena status jabatannya di masyarakat lebih rendah dari orang tersebut. Di tahun-tahun sebelumnya, memang keluarga penguasa ini selalu minta jatah qurban dengan berlebihan. Sangat berbeda dengan yg Rasulullah ambil dari qurban beliau. Tapi para panitia kali ini sudah berikrar utk bekerja dengan Bersih, Peduli dan Profesional, yaitu dengan memberikan jatah qurban sesuai dengan hak-hak masyarakat, tanpa ada label 'Jatah plus' utk penguasa.

Panitia itu mengumpulkan keberaniannya.
"Maaf pak. Kami pasti memberikan bagian bapak seperti yang lain. Tapi kalau bagian ini, itu, di sana, dan di situ sudah ada yang punya."
"Ohya? Siapa?" Tanya orang tersebut terkejut. Ia tak menyangka ada orang yg demikian berani meminta jatah sebanyak itu, selain dia.
Panitia itu agak menerawang.
"Allah." jawabnya pendek.

Orang itu tergugu. Dia tahu, minta pada Allah itu semudah membalik telapak tangan. Tapi meminta jatah qurban pada Allah seperti meminta hewan-hewan yang sudah dilalap api, saat Nabi Ibrahim as berqurban, tanda qurbannya diterima Allah. Itulah sepotong khutbah yang ia ingat telah disampaikan khotib tadi pagi saat sholat Ied.

Orang itu tak berdaya. Ia ngeloyor pergi. Jabatan sebagai penguasa tidak bisa menambah isi bungkusan qurban utk keluarganya barang sekilo-dua kilo tahun ini.


Setapak di Solo - 2011
Eid Mubaarok. Selamat hari Raya Idul Adha 1433 H. Semoga Allah menerima dengan ridho-Nya semua ibadah kita. Aamiin ...
~Keluarga Fariha~

0 komentar:

Posting Komentar

Daisypath Anniversary tickers

FARIHA'S LITTLE WARDROBE